Oleh : Dr. Abd Kholid Achmad, M.Pd
Tamu agung akan datang kepada kita semua, sebagaimana Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 01/MLM/1.0/E/2022 bahwa Ramadhan 2022 M/1443 H ini bertepatan dengan tanggal 2 April 2022. Hiruk pikuk masyarakat muslim menyiapkan kedatangan bulan agung (sayyidu sahri) yang juga disebut dengan berbagai sebutan lainnya, syahru maghfiroh, syahru ibadah, syahru al-qur’an dan masih banyak lagi dengan berbagai acara dan kegiatan. Salah satunya adalah dengan membuat ucapan “marhaban ya ramadhan” dalam aneka bentuk seperti berbagai flayer yang tersebar dimedia social, baliho dan spanduk dijalan bahkan tayangan televisi dan juga pada aktifitas pendidikan.
Menarik jika sedikit dibahas bagaimana ucapan "marhaban" yang dalam KBBI diartikan sebagai "kata seru untuk menyambut atau menghormati tamu yang berarti selamat datang". Bahwa kata “marhaban” terambil dari kata “rahb” yang berarti "luas" atau “lapang". Kata “marhaban ya ramadhan” menggambarkan bahwa tamu disambut dan diterima dengan lapang dada, penuh kegembiraan serta dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. “marhaban ya ramadhan” berarti "selamat datang bulan Ramadhan" mengandung arti bahwa kita menyambutnya dengan lapang dada, penuh kegembiraan; tidak dengan menggerutu dan menganggap kehadirannya "mengganggu ketenangan" atau suasana nyaman kita, namun dengan ucapan tersebut kita mengharapkan agar jiwa raga kita diasah dan diasuh agat dapat melanjutkan tugas kekhalifaan dan dapat masuk golonggan yang dekat dengan Allah SWT
Kelapangan dada tergambarkan dengan bagaimana kita menjalakan ibadah puasa dengan optimal yang tidak hanya menahan lapar dan dahaga, namun juga dengan meningaktkan ibadah-ibadah kita baik yang wajib maupun Sunnah, baik siang maupun malam, baik sendiri maupun dengan keramaian dengan semata-mata untuk mendapatkan keridoan Allah SWT, “man shoma romadhona imanan wa ihtisaban ghufiro lahu ma taqoddama min dzanbi” ; barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan didasari dengan keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka dia diampuni semua dosa-dosa yang lalu (H.R. Bukhori).
Ramadhan sebagai bulan puasa yang diwajibkan kepada orang-orang beriman sebagaimana juga diwajibkan kepada orang-orang terdahulu (Q.S. Al Baqoroh:183), penuh dengan keistimewaan hal tersebut sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW, yang diriwayatkan Bukhori (No.Hadits 1794) yang dapat dikalsifikasikan dengan keistimewaan yakni (a) as-siyamu junnatun; yakni puasa akan menjadi prisai bagi yang melaksanakan, (b) pahala puasa langsung dibalas oleh Allah (الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجۡزِي بِهِ) (c) pahala puasa mendapatkan 10 kelipatan dari ibadah selain dari bulan puasa.
Ketiganya menjadi nyata bagi yang yaqin dan percaya kepada Allah SWT dengan menjalankan puasa sebenar-benarnya sesuai syariat yang diperintahkan dan didasari ketaqwaan (la alakum tataquun). Semoga kita semua menjadi fitri dan mendapatkan kemenangan sejati dari Allah SWT sang pemilik alam semesta.
Wa Allahu a’lamu ala sawab kullu hikmah