Oleh : Dw Faqihatus Syarifah Has, SKM, M.Epid
Dosen Prodi Kesehatan Masyarakat
Post Election Stress Disorder (PESD) merupakan keadaan stres setelah kegiatan pemilu yang menggambarkan dari perasaan putus asa atau ketakutan terhadap pemilu. Mengutip dari Better Help, kondisi tersebut ternyata tidak merupakan jenis gangguan mental sesuai dengan DSM-5, hanya sebatas respon yang umum pada pemilu. Post election stress disorder mulai banyak dibicarakan di tahun 2020 pada masyarakat Amerika pasca diadakannya politik di negara tersebut. Survei yang diadakan oleh American Psychological Association menunjukkan terjadinya peningkatan stres pada seluruh partai politik dan gejala kesehatan psikis maupun mental, seperti depresi, ketakutan, kecemasan, hingga sakit kepala. Euforia dan ketegangan selama periode ini dapat meninggalkan dampak pada kesehatan mental.
Orang-orang yang sedikit atau tidak tertarik pada politik mungkin tidak mengalami stres seperti ini. Sebaliknya, hal ini mungkin disebabkan oleh perubahan iklim politik yang ditandai dengan sudut pandang yang terpolarisasi dan seringnya individu terikat pada keyakinan politik, sehingga mengganggu kehidupan dalam bersoasilisasi di dunia nyata bahkan dunia maya. Beberapa orang mungkin menganggap remeh hasil pemilu, dan yang lainnya mungkin merasa tertekan mengenai dampak dari hasil pemilu tersebut, terutama kelompok yang fanatik terhadap salah satu calon pemimpin pilihan mereka.
Berikut adalah beberapa alasan yang menyebabkan kondisi tersebut banyak di alami oleh masyarakat di abad ini adalah:
1. Hadirnya media sosial dan berita. Kemudahan masyarakat mengakses media sosial dan mendapatkan berita membuat mereka mudah mendapatkan informasi mengenai pemilu selama 24 jam tanpa henti membuat netizen mengalami banyak gangguan kecemasan
2. Paparan sosial. Banyak masyarakat yang membicarakan dan mendiskusikan mengenai masalah politik di banyak tempat seperti kantor, sekolah, rumah, dan ruang publik sehingga secara tidak langsung individu yang tidak ingin mengetahui lebih lanjut mengenai situasi politik akan tetap terpengaruh dengan pembicaraan dan diskusi tersebut.
3. Rasa khawatir terhadap masa depan. Post election stress disorder mempunyai hubungan dengan kekhawatiran masyarakat mengenai kondisi negara ke depannya. Seperti perubahan kebijakan, layanan kesehatan, masalah ekonomi, dan masalah lainnya.
Post election stress disorder bisa diketahui pada diri individu melalui beberapa ciri berikut ini:
1. Mengalami ketakutan tanpa adanya alasan yang jelas
Adanya rasa takut tanpa sebab yang jelas terjadi ketika individu ketinggalan informasi atau berita di media sosial atau alat elektronik lain sehingga sering berulang kali membuka handphone atau lain untuk mendapatkan informasi mengenai pemilu
2. Mudah tersinggung
Individu yang mengalami post election stress disorder akan mudah merasa tersinggung ketika mendapati orang lain mempunyai pandangan yang berbeda dengannya seputar masalah politik.
3. Mengalami susah tidur
Ciri utama yang terlihat dari individu yang mengalami post election stress disorder adalah mengalami susah tidur karena adanya rasa khawatir yang muncul karena banyaknya informasi seputar politik yang didapatkan setiap hari.
Lalu, bagaimana cara untuk mengatasi terjadinya Post election stress disorder? Menurut Mental health partners ada 5 upaya yang bisa dilakukan, diantaranya: membangun hubungan kembali dengan keluarga dan teman, membatasi penggunaan media (terutama pemberitaan isu politik yang ramai diperbincangkan), menetapkan batasan, melakukan perawatan diri (olahraga, tidur yang cukup, dan melakukan hobi yang positif) dan yang terpenting adalah membangun hubungan kembali dengan keluarga dan teman.
So, coba untuk rehat sejenak dari media sosial lalu mulai membangun hubungan dengan keluarga, teman, maupun anggota kelompok atau komunitas. Jangan sampai pemilu beres, pikiran kalian malah stress teman teman. Be Positive Guys!!