Oleh : Maulana Azmi
Ketua Himpunan Mahasiswa Psikologi
Apa Itu Playing Victim??
Playing victim adalah kondisi seseorang dimana merasa disalahkan dan merasa dirugikan dari sebuah kejadian. Mereka, pada kenyataannya, mencari kekecewaan karena hal itu dapat memberi mereka "tendangan" yang oleh para psikolog disebut sebagai keuntungan sekunder. Ini adalah ketika tidak menyelesaikan masalah yang dapat memiliki manfaat bagi mereka.
Misalnya, seseorang dengan “playing victim” dapat merasakan sebuah kesenangan ketika mereka menerima perhatian atau belas kasihan sebagai akibat dari kemalangan mereka. Mereka juga mendapatkan "sensasi" yang tidak menyenangkan karena memamerkan luka yang disebabkan oleh orang lain dan menciptakan rasa bersalah. Menolak untuk menerima tanggung jawab atas suatu masalah juga bisa membebaskan mereka.
Bagaimana Cara Menanganinya??
Salah satu masalah berurusan dengan seseorang “playing victim” adalah bahwa mereka mungkin tidak menginginkan bantuan apa pun dan akan bereaksi negatif terhadap setiap upaya untuk mengubah perilaku atau pola pikir mereka.
Hal ini dapat dikaitkan dengan efek keuntungan sekunder. Artinya, mereka tidak ingin menerima beban pertanggungjawaban pribadi untuk masalah yang menimpa mereka. Mereka mungkin menjadi defensif atau bertindak pasif-agresif. Ada juga bahaya bahwa mereka akan menuduh penolong yang menyebabkan penderitaan lebih lanjut. Jadi, penting bagi Anda untuk memahami risiko diskriminasi sadar atau tidak sadar.
Berikut adalah beberapa tips untuk menangani atau menghadapi seseorang dengan “Playing Victim” :
Step 1 : Kenali tanda-tanda seseorang dengan “Playing Victim”
Step 2 : Buatlah catatan dan Tentukan Batasan
Biasanya mereka akan terus membicarakan keluh kesah mereka dan hal itu membuat diri kita menjadi lelah atau terserapnya energi kita. Jadi berikan batasan waktu untuk mendengarkan.
Catat pengamatan Anda, dan catat dengan cermat tindakan yang Anda ambil. Meninjau kembali bukti yang Anda kumpulkan akan membantu Anda memahami lebih baik apa yang sedang terjadi. Dan memiliki catatan akan membantu Anda melawan tuduhan bahwa Anda bertindak tidak adil atau menjadi penindas.
Step 3 : Jangan menggunakan emosi saat terlibat dengan mereka
Dengarkan dengan empati, tetapi jangan biarkan diri Anda tersedot ke dalam drama. Tidak ada sisi lepas landas, dan tidak menjadi emosional
Ingat: ini tidak nyata. Itu hanya cara mereka untuk mendapatkan belas kasihan, perhatian, atau membenarkan perilaku mereka sendiri, Berpura-pura menjadi korban memiliki manfaat. Orang yang biasa bermain sebagai korban tahu itu
Step 4 : jangan menawarkan diri menjadi penyelamat
Karena kita sebenarnya tidak akan membereskan masalah apa-apa. Biarkan mereka belajar untuk menyelamatkan dirinya sendiri.
Step 5 : Hindari menuduh atau menyebutkan nama
Apakah Anda berurusan dengan korban asli atau seseorang yang memainkannya, memanggil mereka nama atau melakukan konfrontasi langsung hanya akan membuat mereka defensif. Anda mungkin lebih baik menyampaikan maksud Anda dengan cara yang lebih halus.
Misal, daripada bilang “kamu playing victim ya?”, lebih baik bilang, “Kita sudah tau masalahnya, ayo cari solusinya”.
Step 6 : Putuskan hubungan jika terus menerus membuatmu kelelahan
Ingat, mengubah orang lain bukanlah tanggung jawabmu. Anda bisa menyarankannya untuk mencari bantuan dari psikolog untuk mengatasi masalahnya.
MEMUTUSKAN HUBUNGAN ADALAH CARA TERBAIK JIKA PERILAKUNYA SUDAH SANGAT MENGGANGGU