Surabaya – Agustus 2025. Siapa sangka seorang anak desa dari Jombang yang dulu bercita-cita menjadi insinyur, kini menjelma sebagai Guru Besar Fisiologi Olahraga sekaligus pemimpin besar Muhammadiyah di Jawa Timur dan pejabat nasional di Kementerian Koordinator PMK RI. Dialah Prof. Dr. dr. Sukadiono, MM, sosok yang akrab disapa Suko.
Lahir di Desa Njuwet Kedunglosari, Tembelang, Jombang, pada 18 Desember 1968, perjalanan hidup Suko ditempa oleh tiga “lapangan”: lapangan bola, lapangan dakwah, dan lapangan ilmu. Dari ayahnya yang mantan pesepakbola, ia mewarisi kecintaan pada olahraga. Dari para guru kampung, ia belajar adab dan keilmuan yang kelak menjadi fondasi kariernya.
Sejak remaja, Suko bercita-cita masuk Institut Teknologi Bandung. Namun arahan sang ayah membelokkannya ke Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Jalan takdir inilah yang justru mengantar Suko pada pengabdian panjang di dunia medis, akademik, hingga kepemimpinan Muhammadiyah.
Di FK Unair, ia tak hanya belajar anatomi dan fisiologi, tetapi juga aktif menggerakkan organisasi pemuda dan Remaja Masjid Jenderal Sudirman. Tahun 1996, ia resmi diamanahi sebagai Ketua Takmir Masjid Jenderal Sudirman Darmawangsa, Surabaya, sebuah amanah yang menempanya dalam ibadah, kepemimpinan, dan pelayanan masyarakat.
Karier profesional Suko dimulai di Poliklinik Universitas Putra Bangsa dan Klinik Cita Husada. Tahun 2001, ia dipercaya menjadi Direktur Akademi Keperawatan dan Akademi Analis Kesehatan UM Surabaya. Setahun kemudian, ia memimpin Rumah Sakit Muhammadiyah Surabaya, membuktikan kepiawaiannya dalam manajemen layanan kesehatan.
Keseriusannya mengembangkan dunia pendidikan mengantarnya ke posisi Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (2005–2012). Lalu, pada 2012, ia diangkat menjadi Rektor UM Surabaya, sebuah jabatan yang diembannya selama tiga periode hingga 2024.
Di bawah kepemimpinannya, UM Surabaya mencitrakan diri sebagai “Kampus Sejuta Inovasi”, salah satunya lewat terobosan bermitra dengan klub sepak bola legendaris, Persebaya. Langkah ini bukan sekadar gimmick, tetapi strategi untuk mendekatkan kampus dengan anak muda sekaligus mendorong mahasiswa-atlet agar berprestasi akademik dan olahraga.
Lulus sebagai dokter tidak menghentikan langkah Suko. Ia melanjutkan Magister Manajemen di Universitas Narotama, lalu meraih gelar Doktor Ilmu Keolahragaan dengan predikat cumlaude di Universitas Negeri Surabaya (2012). Dari sinilah fisiologi olahraga menjadi rumah akademiknya, selaras dengan kepeduliannya pada dunia olahraga kampus dan nasional.
Selain sebagai akademisi, Suko juga menapaki jenjang kepemimpinan di Muhammadiyah. Pada 2022, ia resmi dipercaya menjadi Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur (2022–2027). Gaya kepemimpinannya yang merakyat, dekat dengan kader, serta konsisten menghidupkan amal usaha membuatnya disegani.
Awal 2025, tanggung jawab baru kembali menghampiri. Ia dilantik sebagai Deputi II Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan di Kemenko PMK RI, membawa kepakaran, disiplin data, dan kepedulian sosial ke tingkat kebijakan nasional.
Pengukuhan sebagai Guru Besar Fisiologi Olahraga UM Surabaya menandai puncak akademiknya. Namun bagi Suko, gelar ini bukanlah akhir.
“Guru Besar bukan penutup jalan, tetapi awal pengabdian yang lebih luas untuk ilmu pengetahuan, umat, dan Indonesia,” tegasnya.
Dari desa kecil di Jombang hingga kursi strategis pemerintahan, jejak langkah Suko menyampaikan pesan sederhana: cita-cita boleh berubah bentuk, tetapi arah pengabdian tetap sama—menjadi manfaat bagi sesama.
📌 Informasi lebih lanjut:
🌐 Website: www.umg.ac.id
📱 Instagram: @um_gresik
📺 YouTube: Unmuhgresikofficial
Credit by Humas UMG