Gresik, Program KKN DESA EMAS (Desa Eliminasi Stunting) UMG merupakan rangkaian dari kegiatan Program Desa Emas yang di gagas oleh 20 Perguruan Tinggi di Jawa Timur, salah satunya Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG), dimana bekerjasama dengan BKKBN, untuk mewujudkan perceparan penurunan stunting hingga level desa. Program Desa Emas sendiri dilaksanaan mulai bulan Agustus hingga Desember 2022.
Menurut Nur Cahyadi, S.ST, M.M PIC Program Desa EMAS UMG, adapun 18 kabupaten / kota yang menjadi lokus untuk 180 desa/Lampung Emas, diantaranya Surabaya, Bangkalan, Sumenep, Pamekasan, Mojokerto, Pasuruan, Jombang, Bojonegoro, Kabupaten dan Kota Malang, Tuban, Pacitan, Jember, Lumajang, Probolinggo hingga Gresik.
“Desa Emas diwujudkan melalui pendekatan 5 pilar, yaitu pertama penguatan komitmen dan visi kepemimpinan pemerintah daerah hingga desa, kedua peningkatan komunikasi perilaku dan pemberdayaan masyarakat. Ketiga peningkatan konvergensi intervensi spesifik dan intervensi sensitif, empat peningkatan ketahanan pangan dan gizi pada tingkat individu, keluarga dan masyarakat desa, serta lima penguatan dan pengembangan sistem, data, informasi, riset serta inovasi” tutur Dosen Prodi Manajemen tersebut.
Salah satu luaran dari pilar 4 adalah peningkatan ketahanan pangan. Desa Klangonan sebagai lokus stunting, mempunyai potensi pangan lokal yakni tanaman Kelor yang bisa dimanfaatkan menjadi Pangan Alternatif bergizi tinggi atasi stunting. Daun Kelor (Moringa Oleifera) dikenal sebagai tanaman multiguna, padat nutrisi dan berkhasiat.
Nutrisi yang terkandung dalam daun kelor bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita. Berdasarkan riset dihasilkan bahwa nutrisi daun kelor dapat menambah tinggi badan sebesar 0,342 cm. Selain itu, kandungan vitamin, karbohidrat, zat besi, kalium, kalsium, folat dan protein yang cukup tinggi dapat dijadikan sebagai alternatif makanan tambahan bagi balita.
Sehingga Daun Kelor memiliki banyak manfaat antara lain meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan jumlah ASI, mencerdaskan otak, mencegah penyakit infeksi, dan masih banyak lagi.
Bapak M. Ajir, Kepala Desa Klangonan, menyampaikan bahwa di sekitar lingkungan desa Klangonan terdapat banyak tumbuhan kelor. Dengan adanya pemanfaatan tumbuhan lokal yaitu daun kelor ini masyarakat bisa membuat olahan dari daun kelor untuk ibu dan balita tanpa harus mengeluarkan biaya yang banyak.
“ Saya sangat senang dan bersemangat dengan adanya program KKN Desa Emas dari UMG ini, karena dengan begitu kita bisa berbenah diri dan mengupayakan untuk melakukan sesuatu yang terbaik untuk desa ini, salah satunya adalah dengan mengeliminasi stunting” ujarnya
Diah Ayu, salah satu mahasiswa KKN dari prodi Kebidanan menyampaikan produk yang dibuat oleh mahasiswa adalah pudding daun kelor dan dengan produk yang kami buat ini semoga bisa menjadi contoh dan awal yang baik untuk pengurangan masalah stunting di desa Klangonan. Salah satu produk yang di olah oleh mahasiswa adalah puding kelor dengan tambahan telur dan susu.
“Dengan pengembangan produk pangan kami berharap kasus stunting di Desa Klangonan semakin menurun dan bisa memenuhi target sasaran di tahun 2023 di desa ini, stunting bisa tereliminasi” (HUMAS UMG).