BANTU PETANI KURANGI PESTISIDA, KKN UMG DESA RUMPUK LAMONGAN, RANCANG LIGHT TRAP

Gresik, Kuliah Kerja Nyata Mahasiwa UMG kembali menghasilkan produk inovasi. Tanggal 6 Juni diketahui sebagai Hari Hama atau Hari Kesadaran Hama Sedunia. Peringatan ini bertujuan untuk menciptakan kesadaran mengenai pengendalian hama untuk menjaga kualitas hidup umat manusia, khususnya dari segi ketersediaan dan pasokan pangan.

Seperti yang diketahui, hama selalu identik dengan hewan perusak lahan pertanian dan kerap menimbulkan kerugian bagi para petani. Dalam cakupan lebih luas, hal tersebut juga dapat memengaruhi pasokan pangan yang bergantung pada hasil panen komoditas pokok seperti beras, jagung, dan gandum.

Diketahui jika setidaknya ada 900 juta jenis hewan umumnya serangga, yang dapat dikategorikan sebagai hama dan mengancam hidup manusia. Di Indonesia yang notabenenya merupakan negara agraris, hama nyatanya juga masih jadi permasalahan dan musuh utama bagi para petani. Pestisida hingga saat ini masih jadi salah satu solusi yang banyak diandalkan dalam memecahkan permasalahan hama. Namun di lain sisi, tak dimungkiri jika pestisida juga memiliki sejumlah dampak negatif baik bagi lingkungan, produk pertanian itu sendiri, bahkan bagi manusia apabila dikonsumsi.

Pada akhirnya sejumlah inovasi terus dilakukan untuk menghadirkan solusi baru dalam menangani permasalahan hama yang lebih ramah lingkungan. Dari beberapa inovasi yang ada, satu yang banyak terbukti keberhasilannya dan dinilai lebih unggul dari pestisida adalah light trap insect. Termasuk salah satunya adalah produk inovasi KKN UMG di Desa Rumpuk kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan. 3 mahasiswa KKN UMG yakni Muhammad Syahrul Iqbal Wafiy, Ikhsanudin Ramadhan dan Burhanudin Rahmat Darmawan membuat terobosan baru untuk mengatasi pengendalian hama di Desa Rumpuk Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan.

 rumpuk2.jpeg (293 KB)

Widiarti, S. Kep, M. Kep, Ns, sebagai Dosen Pembimbing KKN menyampaikan dengan mengutip penjelasan Litbang Pertanian, bahwa light trap insect atau yang biasa disebut juga lampu perangkap adalah suatu unit alat untuk menangkap atau menarik serangga, yang tertarik cahaya pada waktu malam hari.

“Komponen utama dari produk invasi yakni lampu perangkap yang dihasilkan oleh mahaiswa KKN ini terdiri dari corong dan kantong plastik serta rangka beratap. Selain itu ada juga lampu dengan daya minimal 100 watt, yang berfungsi untuk menarik serangga pada waktu malam hari” lanjutnya

Menurut salah satu mahasiswa KKN UMG Muhammad Syahrul Iqbal Wafiy, saat di lokasi menjelaskan bahwa Corong yang ada berfungsi sebagai tempat masuknya serangga, dan kantong plastik berfungsi untuk menampung serangga yang tertangkap. Rangka beratap sendiri berfungsi untuk melindungi lampu dan hasil tangkapan terutama dari hujan.

“Cara kerja perangkap ini adalah dengan meletakkan lampu di dalam lahan sawah pada bagian pinggir pematang. Letaknya sendiri bisa disesuaikan dengan kondisi tempat karena alat ini menggunakan lampu sehingga memerlukan sumber aliran listrik. Satu unit lampu perangkap sebagai monitoring dapat digunakan untuk lahan pertanian seluas 300-500 hektare. Lampu dinyalakan setiap hari mulai dari pukul 6 sore sampai 6 pagi, kemudian hasil tangkapan baru dipantau dan diambil setiap pagi” jelasnya

Dr. Priatna Sasmita, selaku Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan), selain mengamati light trap juga dapat mendeteksi beberapa jenis hama ganas yang kerap diwaspadai petani, misalnya wereng cokelat imigran dan ngengat penggerek batang padi.

Ikhsanudin Ramadhan, mahasiswa KKN Desa Rumpuk lamongan menuturkan bahwa di sisi lain, alat ini juga memiliki sedikit kekurangan yang berpengaruh terhadap lingkungan. Disebutkan bahwa light trap insect kerap menangkap sejumlah serangga lain yang tidak merusak hama.

“Ada 5 jenis predator yang bukan merupakan serangga sasaran namun terjebak perangkap tersebut. Karena itu tim mahasiswa menyarankan agar pemasangan TLT tidak dilakukan sepanjang waktu, melainkan pada fase-fase kritis tanaman padi saja” pungkasnya

rumpuk.jpeg (235 KB)

Sudarsono Kepala Desa Rumpuk Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan, mengapresiasi temuan mahasiswa UMG dan berharap bisa meningkatkan hasil panen warga Desa. “Semoga dengan adanya inovasi produk ini bisa mengingkatkan produksi panen masyarakat Desa Rumpuk” harapnya (HUMAS UMG)