Bongkar Mitos Kepuasan Pelanggan & Kemitraan Digital, Tesis Mahasiswa MM UMG Jadi 'Produk Jadi' di Konferensi Internasional

Gresik - Di saat banyak institusi masih berdebat soal teori, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) memilih menelurkan strategi bisnis siap pakai. Dalam panggung bergengsi "The 3rd UMCINMATIC 2025" (24/10), dua mahasiswa Magister Manajemen (MM) UMG sukses mengubah tesis mereka dari sekadar syarat kelulusan menjadi solusi konkret atas dua dilema terbesar korporasi saat ini.

IMG_9873_11zon.jpg (183 KB)

Konferensi internasional yang mengusung tema panas "Artificial Intelligence and the transformation of business management Practices" ini dibuka langsung oleh Rektor UMG, Prof. Khoirul Anwar, M.Pd. Acara ini turut menghadirkan kolaborasi pakar lintas negara, yakni Dr. Eva Desemberianita (Ketu Prodi Pascasarjana Manajemen UMG) serta delegasi ahli pendidikan Thailand: Dr. Wanida Simpol, Mr. Somkid Kesda, dan Dr. Mongkhon Snnuan.

Namun, fokus utama forum ini tercuri oleh paparan dua strategist baru dari UMG yang membedah langsung "penyakit" kronis dalam bisnis.

Mengapa Reputasi Digital Gagal Mengunci Kontrak Global?

Fatima Thus Zahrah, mahasiswi Pascasarjana tampil dengan temuan berani yang menjawab kegelisahan perusahaan multinasional dalam memilih pemasok (supplier) di Asia.

"Banyak perusahaan terjebak. Mereka sudah menggunakan media sosial dan alat digital untuk mengecek reputasi, tapi kemitraan tetap gagal," ujar Fatima.

Melalui kerangka kerja barunya, DESA (Digital–Emotional Strategic Alignment), Fatima membuktikan adanya missing link yang selama ini dilupakan: Kecerdasan Emosional.

"Data dan teknologi hanya membawa Anda ke pintu gerbang. Tapi yang mengunci kontrak jangka panjang adalah empati, kesabaran, dan adaptabilitas. Di era AI, justru sentuhan manusia inilah yang menjadi aset paling mahal dalam negosiasi lintas budaya," tegasnya.

Membongkar Paradoks "Pelanggan Puas Tapi Kabur

Di sisi lain, W. Iwan Setiawan Eko Putro, mahasiswa pascasarjana UMG Prodi Manajemen tahun 2022 menghantam mitos terbesar dalam dunia pemasaran: kepuasan pelanggan.

Mengambil studi kasus yang radikal dari industri agribisnis (pestisida Kanon 400 EC), Iwan memaparkan fakta lapangan yang mengejutkan. "Kenyataan di lapangan membuktikan, konsumen yang puas tidak mudah untuk menjadi loyal," ungkap Iwan.

Risetnya membuktikan bahwa di pasar yang agresif, kepuasan adalah standar minimal yang tidak berarti apa-apa. "Perusahaan yang berhenti di 'kepuasan' akan ditinggal. Loyalitas hanya bisa 'dibeli' dengan dua hal: Brand Equity (Ekuitas Merek) yang kokoh dan Switching Barriers (Hambatan Beralih) yang efektif," jelasnya. Ini adalah tamparan keras sekaligus solusi bagi tim brand management.

Dari Kampus Langsung ke Industri

Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat UMG, Prof. dr. Yudhi Arifani, M.Pd, memberikan penekanan tajam. Menurutnya, UMCINMATIC 2025 adalah etalase yang membuktikan bahwa kurikulum Pascasarjana UMG dirancang untuk menghasilkan solusi, bukan sekadar wacana.

"Ini adalah bukti nilai jual program kami. Tesis mahasiswa kami bukan arsip mati di perpustakaan. Ini adalah best practice yang siap diadopsi industri," kata Prof. Yudhi.

Konferensi ini ditutup bukan hanya sebagai forum diplomasi akademik, tetapi sebagai penegasan bahwa UMG adalah pabrik pencetak talenta yang mampu menjawab masalah riil. Seluruh temuan strategis ini kini sedang dalam proses akselerasi untuk dipublikasikan di jurnal internasional, siap menjadi rujukan baru bagi para praktisi manajemen di panggung global.

Credit by : Dr. Abdul Kholid Achmad, S.Hum., M.Pd.