Tingkatkan Kualitas literasi, Biro AIK UMG Gelar Seminar Bedah Buku “Epistimologi Tadzakur Rahman"

Gresik, Biro Dakwah dan Pengembangan AIK Universitas Muhammadiyah Gresik menggelar Seminar dan Bedah Buku bertajuk “Epistimologi Tadzakur Rahman: Sistem Pengetahuan Al-Qur’an dalam Tafsir Sufistik dan Falsafi”, karya Dr. Piet Hiizbullah Khidir, M.A. Acara ini berlangsung di Hall Sang Pencerah Universitas Muhammadiyah Gresik dan menghadirkan sejumlah akademisi, tokoh intelektual Islam sebagai narasumber, dan Mahasiswa.

Acara dibuka dengan sambutan hangat dari Rektor Universitas Muhammadiyah Gresik, Prof. Dr. Khoirul Anwar, S.Pd., M.Pd, dalam sambutannya, beliau menyampaikan pentingnya pengetahuan dalam memperkaya khazanah penafsiran Al-Qur’an yang tidak hanya tekstual, tetapi juga kontekstual dan spiritual.

“Buku ini menjadi kontribusi penting dalam pengembangan epistemologi Islam. Semangat tadzakur yang ditawarkan penulis membuka ruang baru dalam memahami pesan secara lebih mendalam dan reflektif,” ujar Prof. Khoirul Anwar.

DPAIK1.jpg (111 KB)

Dr. Piet Hiizbullah Khidir, M.A. selaku penulis buku, memaparkan langsung pokok-pokok pemikirannya dalam sesi bedah buku. Ia menjelaskan bahwa bukunya mengangkat dua persoalan epistemologi yang masih belum terselesaikan dalam dunia filsafat yakni, (1) apakah pengetahuan bersifat rasional, empiris, atau gabungan keduanya; dan (2) bagaimana relasi subjek dengan objek pengetahuan.

Dr. Piet menyoroti dua persoalan ini dengan menegaskan bahwa al-Quran memberikan jawaban dan sikap yang jelas terhadap model pengetahuan, serta relasi antara subjek dan objek pengetahuan. Temuan iawaban tersebut ia istilahkan dengan konsep Tadzakkur Rahmani. Buku itu juga memetakan 16 lafal kunci proses epistemologi ke dalam tiga kelompok: lafal proses perseptual (indrawi), lafal proses konseptual (akal pemikiran), dan lafal proses abstraksi (generalisasi serta penyusunan pengetahuan).

DPAIK2.jpg (157 KB)

Diskusi semakin mendalam dengan kehadiran Prof. Dr. Khozin, M.Si sebagai narasumber pendamping. Dalam paparannya, Prof. Khozin menjelaskan empat komponen dasar epistemologi—teori, struktur, metode, dan validitas—seraya menyorot bahwa buku ini secara khusus memerinci aspek struktur dan metode. Ia menekankan bahwa Allah SWT adalah sumber tertinggi pengetahuan; pandangan yang kontras dengan filsafat Barat, yang cenderung memisahkan Tuhan dari alam semesta.

Dalam analogi “pembuat jam”, filsafat Barat melihat Tuhan pasif setelah penciptaan, sedangkan sains Islam menegaskan hubungan timbal balik dan berkelanjutan antara Tuhan dan alam. Diskusi ini turut menegaskan tidak adanya pertentangan antara sains dalam al-Quran (sains ilahi) dan sains alam (al-kaun), kecuali ketika sumber rujukan tidak autentik atau telah berubah.

Prof Khozin mengutip Maurice Bucaille yang menyatakan bahwa al-Quran selaras dengan ilmu pengetahuan modern, meski beberapa hadis memang memerlukan telaah kritis.

Acara dipandu dengan hangat dan dinamis oleh moderator Suwarno, SE., M.Si., yang berhasil menjaga alur diskusi tetap komunikatif dan interaktif hingga sesi tanya jawab, dan terihat Antusiasme peserta yang hadir pada acara seminar hari ini.

Acara ini tidak hanya menjadi ruang ilmiah, tetapi juga spiritual, yang mempertemukan pikiran dan perenungan dalam memahami Al-Qur’an sebagai sumber ilmu dan pencerahan hidup. (Humas-UM Gresik).

DPAIK3.jpg (100 KB)